Pekan Raya dan Bazar, Pesta Budaya, Kuliner, dan Ekonomi Lokal di Indonesia

By 1 minggu lalu 4 menit membaca

jakartans.id – Pekan Raya dan bazar adalah tradisi yang tak lekang oleh waktu di Indonesia, menjadi magnet bagi warga lokal maupun wisatawan untuk menikmati perpaduan budaya, kuliner, dan perdagangan. Dari Pekan Raya Jakarta yang legendaris hingga bazar Ramadan di kampung-kampung, acara ini bukan hanya soal jual-beli, tetapi juga tentang mempererat komunitas dan melestarikan warisan lokal. Di tengah digitalisasi dan tren belanja online, pekan raya dan bazar tetap relevan, menyumbang hingga Rp 2 triliun per tahun untuk UMKM di Indonesia, menurut data Kementerian Koperasi dan UKM 2024.

Apa Itu Pekan Raya dan Bazar?

Pekan Raya, sering disebut sebagai pameran besar atau festival, adalah acara tahunan atau musiman yang menggabungkan pameran produk, hiburan, dan edukasi. Contoh terkenalnya adalah Pekan Raya Jakarta (PRJ), yang awalnya bernama Pasar Gambir pada 1921, mengusung konsep pasar malam kolonial Belanda. Bazar, di sisi lain, lebih kecil dan temporer, biasanya fokus pada penjualan barang tertentu seperti makanan, pakaian, atau barang kebutuhan musiman seperti Lebaran atau Natal. Keduanya punya kesamaan: menciptakan suasana meriah dengan booth-booth pedagang, pentas seni, dan interaksi komunitas.

Menurut sejarawan budaya Dr. Agus Aris dari Universitas Indonesia, pekan raya dan bazar adalah “cerminan identitas lokal yang dinamis, di mana tradisi bertemu modernitas”. Di 2025, teknologi seperti QR code untuk pembayaran dan promosi via media sosial makin memperkuat daya tarik acara ini.

Sejarah dan Evolusi Pekan Raya di Indonesia

Tradisi pekan raya bermula dari pasar malam era kolonial, seperti Pasar Gambir di Batavia (kini Jakarta), yang digelar untuk merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina. Setelah kemerdekaan, PRJ (dulu Jakarta Fair) lahir pada 1968 untuk memperingati HUT Jakarta, kini menjadi event terbesar dengan 2,5 juta pengunjung per tahun. Bazar, di sisi lain, lebih berakar pada tradisi pasar musiman Islam, seperti bazar Ramadan, yang tercatat sejak abad ke-17 di Jawa, menurut naskah Serat Centhini.

Di era modern, pekan raya dan bazar berevolusi. PRJ 2025, misalnya, mengintegrasikan zona teknologi dengan demo drone dan VR, sementara bazar lokal kini hadir dalam format hybrid (offline dan online via marketplace seperti Shopee). Data Kemenparekraf mencatat ada 1.200+ bazar UMKM di Indonesia pada 2024, naik 15% dari tahun sebelumnya, menunjukkan vitalitas tradisi ini.

Jenis-Jenis Pekan Raya dan Bazar

  1. Pekan Raya Regional: Contohnya PRJ, Surabaya Fair, atau Pekan Raya Sumatra Utara. Fokusnya pameran UMKM, otomotif, teknologi, dan hiburan seperti konser musik. PRJ 2024 catatkan transaksi Rp 7,9 triliun dalam 33 hari.

  2. Bazar Musiman: Bazar Ramadan, Natal, atau Imlek, menawarkan makanan khas (ketupat, kue kering, angpao) dan barang perayaan. Bazar Ramadan Jakarta 2025 diprediksi tarik 500.000 pengunjung.

  3. Bazar Amal: Diselenggarakan komunitas atau yayasan, fokus pada penggalangan dana. Contoh: Bazar Amal Ibu Profesional di Bandung, yang kumpulkan Rp 500 juta untuk pendidikan pada 2024.

  4. Bazar Kuliner: Populer di kota besar, seperti Pasar Senggol di Yogyakarta atau Food Bazaar di Bali. Menyajikan street food hingga kuliner tradisional, dengan omzet rata-rata Rp 50 juta per malam.

  5. Pekan Raya Tematik: Fokus pada niche, seperti Pekan Raya Buku atau Bazar Otomotif. Contoh: Indonesia International Book Fair 2025 di Jakarta, dengan 300+ penerbit.

Manfaat Pekan Raya dan Bazar

  • Ekonomi Lokal: UMKM dapatkan eksposur besar. Menurut Kemenkop UKM, 70% pedagang bazar laporkan kenaikan penjualan hingga 40% selama event.

  • Sosial dan Budaya: Jadi ajang temu komunitas, pentas seni tradisional (seperti tari kecak di Bali Night Market), dan pelestarian kuliner lokal seperti soto Betawi atau gudeg.

  • Pariwisata: Menarik turis domestik dan mancanegara. PRJ 2024 catat 10% pengunjung dari luar negeri, terutama ASEAN.

  • Edukasi: Pekan raya sering hadirkan seminar atau demo produk, seperti teknologi ramah lingkungan di Jakarta Fair 2025.

Tips Menikmati Pekan Raya dan Bazar

  1. Rencanakan Kunjungan: Cek jadwal di situs resmi (misal jakarta-fair.co.id untuk PRJ) atau akun media sosial bazar lokal. Datang di hari kerja untuk hindari keramaian.

  2. Bawa Uang Tunai dan Dompet Digital: Banyak pedagang UMKM hanya terima cash, tapi QRIS kini umum di 80% booth besar.

  3. Tawar dengan Sopan: Di bazar, tawar hingga 20-30% dari harga awal, terutama untuk pakaian atau kerajinan.

  4. Cicipi Kuliner Lokal: Jangan lewatkan makanan khas seperti kerak telor di PRJ atau sate lilit di bazar Bali. Budget Rp 50.000-100.000 cukup untuk 2-3 jenis makanan.

  5. Patuhi Protokol Keamanan: Bawa masker, sanitizer, dan waspadai copet di keramaian. Bazar besar kini punya pos keamanan dan CCTV.

  6. Cari Promo: Banyak booth tawarkan diskon akhir pekan atau bundle (beli 2 gratis 1). Follow IG panitia untuk update.

Tantangan dan Masa Depan

Meski populer, pekan raya dan bazar hadapi tantangan seperti cuaca (hujan di musim penghujan), persaingan dengan e-commerce, dan pengelolaan sampah. PRJ 2025 rencanakan zona bebas plastik dan dropbox daur ulang untuk atasi ini. Selain itu, integrasi teknologi seperti live streaming penutupan PRJ di TikTok dan booth virtual di marketplace jadi tren baru.

Pekan Raya dan bazar adalah jantung budaya Indonesia, tempat tradisi dan modernitas berpadu. Dari aroma sate di bazar Ramadan hingga gemerlap lampu di PRJ, ini adalah pengalaman yang wajib dicoba. Rencanakan kunjungan Anda ke event terdekat – mungkin Bazar Lebaran 2026 atau PRJ berikutnya – dan rasakan sendiri kehangatannya. Punya cerita seru dari pekan raya atau bazar? Tulis di kolom komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


Pekan Raya dan Bazar, Pesta Budaya, Kuliner, dan Ekonomi Lokal di Indonesia
Menu
Cari
Bagikan
Lainnya
0%