Site icon Jakartans.id

Sushi Shunei, Warisan Sushi Edomae yang Abadi di Bukit Montmartre, Paris

jakartans.id – Paris, kota cahaya yang tak pernah kehabisan cerita romantis, kini punya kisah cinta kuliner yang menyentuh hati: Sushi Shunei. Tersembunyi di jalan kecil yang tenang di Rue Audran 3, 75018 Paris, tepat di lereng Montmartre yang artistik, restoran ini bukan sekadar tempat makan sushi—ia adalah monumen hidup bagi dedikasi, ketabahan, dan rasa yang mendalam. Dibuka pada Juni 2021 oleh Shunei Kimura, seorang master sushi yang telah tinggal di Paris selama 40 tahun, Sushi Shunei kini dikelola oleh istrinya, Chizuko Kimura, yang baru saja membuat sejarah sebagai wanita sushi chef pertama di dunia yang meraih bintang Michelin pada 2025. Dengan hanya 9 kursi di meja counter panjang, restoran ini menawarkan pengalaman omakase intim yang autentik, di mana tradisi Jepang bertemu dengan elegansi Prancis. Buka hanya untuk dinner dari pukul 19:00 hingga 22:00 (reservasi wajib via situs resmi), Sushi Shunei adalah destinasi bagi mereka yang mencari emosi melalui setiap gigitan nigiri.

Asal-Usul yang Penuh Drama: Dari Mimpi Shunei ke Janji Chizuko

Sushi Shunei lahir dari mimpi Shunei Kimura, seorang chef sushi berpengalaman yang menderita kanker hati sejak 2015. Pandemi COVID-19 menunda pembukaannya, tapi pada Juni 2021, restoran kecil ini akhirnya terwujud di Montmartre—daerah yang terkenal dengan Sacré-Cœur dan seniman jalanannya. Hanya sembilan bulan kemudian, pada 2022, Sushi Shunei meraih bintang Michelin pertamanya, sebuah pencapaian luar biasa untuk sushiya edomae (gaya Tokyo) yang autentik. Sayangnya, tiga bulan setelah itu, Shunei meninggal dunia pada Juni 2022, meninggalkan istri dan restoran yang baru saja sukses.

Chizuko, mantan pemandu wisata yang kehilangan pekerjaannya karena pandemi, bergabung dengan suaminya di dapur Sushi Shunei. Ia belajar dari nol: mempersiapkan ikan segar, memasak nasi sushi, dan mengelola bisnis. Sebelum meninggal, Shunei meminta Chizuko untuk melanjutkan mimpinya. Janji itu ia tepati, meski restoran sempat kehilangan bintang Michelin pada 2023. Dengan bantuan master sushi Takeshi Morooka—yang memiliki 30 tahun pengalaman dari Ginza Onodera—Chizuko bangkit kembali. Pada Maret 2025, Sushi Shunei meraih bintang Michelin lagi, menjadikan Chizuko sebagai wanita pertama dalam 120 tahun sejarah Michelin yang meraihnya untuk sushi. Kisah ini, seperti dilaporkan Asahi Shimbun, adalah bukti bahwa passion bisa mengalahkan duka.

Ambiance yang Minimalis: Kayu Hinoki dan Seni Origami di Tengah Montmartre

Masuk ke Sushi Shunei seperti melangkah ke dunia zen di tengah hiruk-pikuk Paris. Interiornya dirancang oleh firma arsitek Sala Hars dan Vorbot, dengan dinding kayu hinoki cypress yang harum, furnitur ringan berwarna netral, dan counter panjang sebagai pusat segalanya. Langit-langit origami-inspired menambah sentuhan artistik, menciptakan ilusi ruang yang luas meski hanya menampung 9 tamu per sesi. Pencahayaan lembut dan aroma ikan segar menyambut Anda, sementara dua sesi dinner (jam 19:00 dan 21:00) memastikan ritme yang efisien tapi intim.

Suasananya metodis dan hormat, di mana tamu duduk berhadapan langsung dengan chef di “tsukeba” (stasiun dapur). Meski terasa sedikit cepat karena waktu terbatas (sekitar 90 menit), pengalaman ini lebih seperti ritual daripada makan malam biasa. Ulasan di Tripadvisor (rating 4.5/5 dari ratusan review) sering memuji ketenangan Montmartre yang kontras dengan intensitas dapur, meski beberapa tamu merasa agak “crammed” karena kedekatan kursi. Ini adalah tempat di mana Anda bisa merasakan “emosi,” seperti yang dikatakan situs resmi: perpaduan tradisi Jepang dan art de vivre Paris.

Menu Omakase: Nigiri Sempurna yang Bercerita

Sushi Shunei adalah surga bagi puritan sushi. Menu omakase (Rp 3.500–4.000 per orang, termasuk minuman non-alkohol) disajikan satu per satu di atas platter lacquer hitam custom dari Kanazawa, lengkap dengan keramik Kyoto. Chef Morooka dan Chizuko memilih ikan segar dari pemasok terbaik, sering langsung dari nelayan Jepang dan Prancis. Highlight-nya:

Semua disiapkan di depan mata, dengan fokus pada kualitas bahan yang “berbahaya enak,” seperti kata Fooding. Vegetarian? Opsi terbatas, tapi chef bisa akomodasi dengan pemberitahuan sebelumnya. Pengalaman ini bukan hanya makan, tapi perjalanan musiman yang berubah setiap malam.

Mengapa Harus Sushi Shunei? Alasan untuk Reservasi Sekarang

Di Paris yang penuh restoran Jepang, Sushi Shunei unggul karena ceritanya yang menginspirasi dan autentisitas edomae-nya. Bukan sushi fusion ala Barat, tapi yang murni Tokyo—dengan bintang Michelin yang membuktikan kualitasnya. Cocok untuk foodie serius, pasangan romantis, atau siapa saja yang ingin merayakan ketabahan manusia. Harga kompetitif untuk levelnya (sekitar €250–300 termasuk wine pairing), dan lokasi dekat metro Abbesses memudahkan akses. Ulasan di Michelin Guide memuji bagaimana Chizuko “membuat sejarah” sambil menjaga warisan suaminya, meski tantangan seperti waktu terbatas dan aroma ikan tetap ada.

Reservasi via www.sushishunei.com direkomendasikan jauh-jauh hari, terutama pasca-penghargaan 2025 yang membuatnya semakin ramai.

Sushi Shunei lebih dari restoran; ia adalah janji yang ditepati, mimpi yang tak pudar, dan rasa yang abadi. Di lereng Montmartre yang legendaris, Chizuko Kimura dan Takeshi Morooka melanjutkan legasi Shunei, membuktikan bahwa sushi bisa jadi bahasa universal untuk duka dan kegembiraan. Apakah Anda pencinta kuliner atau pencari inspirasi, kunjungi Sushi Shunei untuk merasakan emosi dalam setiap nigiri. Seperti kata Chizuko, “Saya tak punya pilihan lain”—tapi bagi kita, ini adalah pilihan terbaik. Itadakimasu, Paris!

Exit mobile version