jakartans.id – Di tengah hiruk-pikuk dunia modern, ada makanan sederhana yang membawa kita kembali ke akar sejarah: empanada gallega, atau pai Galisia yang ikonik. Hidangan ini bukan sekadar camilan; ia adalah simbol ketahanan budaya dari wilayah Galicia, Spanyol barat laut, yang telah bertahan sejak abad ke-7. Seperti yang digambarkan di Pórtico de la Gloria Katedral Santiago de Compostela—gerbang suci Camino de Santiago—empanada gallega telah menjadi teman setia para peziarah, pelaut, dan keluarga Galisia selama berabad-abad.
Empanada gallega berasal dari kata Latin empanar, yang berarti “melapisi dengan roti,” mencerminkan esensinya sebagai pai isi yang praktis. Dokumen tertulis pertama kali muncul pada abad ke-7, meski bukti arkeologis menunjukkan variasi awalnya sudah ada sejak era Romawi di Semenanjung Iberia. Di Galicia, empanada menjadi makanan ideal untuk peziarah Camino de Santiago karena tahan lama—bisa bertahan hingga dua minggu tanpa pendingin—sambil melindungi isian berharga seperti ikan atau daging dari kontaminasi. Pada abad ke-12, patung di Katedral Santiago menggambarkan banquet dengan empanada sebagai hidangan utama, menegaskan perannya dalam kehidupan sosial.
Ketika pelaut Galisia menyebar ke Amerika Latin pada era kolonial, empanada ikut berlayar, berevolusi menjadi empanada kecil yang digoreng atau dipanggang di seluruh benua itu. Hari ini, empanada gallega tetap setia pada akarnya: pai besar berbentuk persegi panjang atau bulat, dirancang untuk dibagi keluarga, bukan individu. Di Galicia, setiap desa punya resep rahasia—dari empanada de atún (tuna) yang populer hingga versi pedesaan dengan chorizo dan tocino (lemak babi). Pada 2025, hidangan ini semakin relevan di tengah tren makanan berkelanjutan, karena menggunakan bahan lokal dan minim limbah.
Empanada gallega autentik sederhana namun kaya rasa, dengan kulit roti tipis yang renyah dan isian gurih. Resep dasar untuk versi tuna (empanada de atún) ini menghasilkan pai untuk 6-8 porsi, siap dalam 1,5 jam.
Sajikan hangat atau dingin, dipotong segitiga seperti pai. Pasangkan dengan salad hijau atau anggur albariño untuk pengalaman autentik.
Empanada gallega fleksibel, mencerminkan musim dan wilayah Galicia. Isian paling umum adalah tuna dengan sayur (bawang, paprika, tomat), tapi variasi termasuk:
Kulitnya bisa lebih renyah dengan lard atau lebih lembut dengan mentega, tapi minyak zaitun tetap kunci untuk rasa Galisia yang khas.
Di luar Spanyol, empanada gallega populer di Amerika Latin dan AS, diadaptasi menjadi versi mini untuk tapas atau piknik. Di Indonesia, ia mirip pastel goreng tapi lebih ringan, cocok untuk fusion dengan isian rendang. Tren 2025 melihatnya sebagai makanan “comfort food” berkelanjutan, dengan festival seperti Festa da Empanada di Ortigueira menarik ribuan pengunjung. Restoran seperti El Xabarín di Madrid atau pop-up di New York menawarkan versi inovatif, tapi tak ada yang mengalahkan resep nenek Galisia.
Empanada gallega lebih dari makanan; ia adalah cerita Galicia—sederhana, tahan uji waktu, dan penuh rasa. Baik dibuat di dapur rumah atau dibeli di pasar lokal, setiap gigitan membawa jejak peziarah kuno. Coba resep ini akhir pekan ini, dan rasakan bagaimana sepotong pai bisa menghubungkan Anda dengan warisan ribuan tahun. Selamat memasak—ou bo apetito!
Tinggalkan Balasan